Tauladani Sikap Tegas Presiden, Komitmen BEM PTNU, Kawal Pertanian dan Energi Indonesia

Tauladani Sikap Tegas Presiden, Komitmen BEM PTNU, Kawal Pertanian dan Energi Indonesia. (Foto: Ist).

Jakarta | Badan Eksekutif Mahasiswa Perguruan Tinggi Nahdlatul Ulama (BEM PTNU) Se-Nusantara menyatakan komitmennya untuk mengawal sektor pertanian dan energi Indonesia.

Pernyataan itu disampaikan oleh Direktur Pertanian dan Energi BEM PTNU Se-Nusantara, M Nadhim Ardiansyah, menanggapi pidato Presiden Prabowo Subianto dalam pembukaan Akad Massal 26 ribu unit KPR FLPP, Senin (29/9).

Dalam pidatonya, Presiden Prabowo menyampaikan Indonesia mencatat produksi padi tertinggi dalam sejarah. Namun di sela kalimat optimisme itu, Presiden juga mengakui bahwa sistem pangan nasional masih rapuh dan penuh kebocoran.

Menanggapi hal itu, Nadhim menegaskan bahwa pernyataan Presiden bukan sekadar seremonial, melainkan alarm penting.

“Produksi tinggi tak selalu berarti pangan aman. Ketersediaan tidak selalu menjamin kesejahteraan. Karena dalam sistem yang keropos, angka-angka bisa menjelma ilusi. Yang panen besar bukan petani, tapi para tengkulak dan penguasa logistik,” ujarnya.

Menurutnya, swasembada pangan dan energi bukan hanya soal produksi, tetapi juga distribusi, tata kelola, dan keberpihakan. Ia menilai pengawasan publik, terutama dari kalangan akademisi, mutlak dilakukan ketika Presiden sendiri mengakui masih adanya kebocoran.

BEM PTNU menyatakan bahwa mahasiswa tidak cukup hanya menjadi penonton. Keberhasilan sektor pertanian dan energi, kata Nadhim, harus dikawal dari meja rapat hingga lahan tani, dari sumur minyak hingga rumah rakyat.

“Kami mendukung langkah tegas Bapak Presiden yang ingin memerangi korupsi dan kami menolak pembiaran terhadap celah-celah korupsi serta inefisiensi di dua sektor strategis ini. Karena ketika pangan bocor, yang lapar adalah rakyat. Ketika energi diselewengkan, yang gelap adalah masa depan,” tegasnya.

Ia juga menegaskan sesuai amanat UUD 1945, bumi, air, dan kekayaan alam harus dikuasai negara dan digunakan sebesar-besarnya untuk kemakmuran rakyat.

“Maka hari ini, kami berdiri bukan untuk sekadar bersorak atas capaian angka, tapi untuk mengawal janji kedaulatan. Kesejahteraan tidak datang dari data yang disampaikan di podium. Ia datang dari ladang yang subur, dari harga yang adil, dari listrik yang menyala, dan dari keberanian untuk membenahi sistem yang salah. Kami siap mengawal. Kami siap berdiri. Kami tidak akan diam,” pungkas Nadhim.
Rie’an

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Berita Utama