Puluhan Siswa di Cugenang Keracunan Makanan Bergizi Gratis, DPRD Minta Evaluasi SOP. (Foto: Net)
Cianjur | Sebanyak 36 siswa dilaporkan mengalami gejala keracunan usai mengonsumsi Makanan Bergizi Gratis (MBG) di Kecamatan Cugenang, Kamis (11/9/2025). Kejadian ini memicu respons dari anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Kabupaten Cianjur yang menyerukan evaluasi menyeluruh terhadap penyelenggaraan program tersebut.
Berdasarkan informasi, korban mengalami mual dan tidak enak badan. Mereka kemudian mendapat perawatan di Puskesmas Cugenang. Dari total korban, lima orang siswa harus dibawa ke puskesmas untuk perawatan lebih lanjut. Dua dari lima siswa tersebut telah diperbolehkan pulang, sementara tiga lainnya masih dalam perawatan dengan kondisi yang dilaporkan belum stabil.
Anggota Komisi 4 DPRD Kabupaten Cianjur, H. Bayu Maulana Pamungkas dari Fraksi Partai NasDem, membenarkan kejadian ini. Ia menyatakan bahwa berdasarkan keterangan dari para siswa, makanan yang dibagikan sudah menunjukkan tanda-tanda tidak layak konsumsi.
“Berdasarkan hasil obrolan dengan siswa yang keracunan, sejak dibuka makanannya sudah berbau tidak sedap dan rasanya juga sudah sedikit asam atau basi,” ujar Bayu.
Bayu Maulana Pamungkas menduga kuat bahwa keracunan massal ini disebabkan oleh ketidaksesuaian proses pengolahan dengan Standar Operasional Prosedur (SOP) di dapur umum penyedia makanan.
Ia menyarankan agar pihak terkait segera mengevaluasi cara masak di dapur umum tersebut, memastikan sudah sesuai SOP atau belum. Selain itu, menu yang disajikan juga harus diperhatikan kesesuaiannya dengan kebutuhan gizi anak, khususnya untuk tingkat SD dan SMP.
“Siswa yang saya ajak ngobrol juga mengatakan selain dari makanannya, dari tempat atau wadahnya juga sudah bau. Nampaknya terindikasi dari pencucian wadah yang tidak bersih juga ,” tambahnya menegaskan.
Kejadian ini diharapkan menjadi perhatian serius bagi pemangku kebijakan untuk meningkatkan pengawasan ketat dalam setiap tahapan program MBG, mulai dari pengolahan, pengemasan, hingga distribusi, guna mencegah terulangnya peristiwa serupa di masa depan. ***














