Sebuah Potret Pengabaian yang Menyayat Hati di Sukabumi

Sebuah Potret Pengabaian yang Menyayat Hati di Sukabumi, Pemerintah Baru Bergerak Setelah Viral!. (Foto: Dadan Nahili).

Sukabumi | Di balik gemericik hujan dan dinginnya malam, Nenek Ningsih (62) hanya bisa meringkuk di sudut yang ia sebut ‘rumah’.

Bukan rumah yang layak, melainkan tumpukan reruntuhan yang telah menjadi saksi bisu penderitaannya selama sepuluh tahun terakhir.

Dindingnya telah ambruk, atapnya berlubang, dan lantainya ditumbuhi gulma liar yang tumbuh subur bagai metafora betapa ia telah ‘ditinggalkan’ dan ‘dilupakan’.

Nenek Ningsih, warga Kampung Nangela, Desa Bencoy, Sukabumi, hidup sebatang kara. Ia tidak memiliki siapa-siapa. Satu-satunya ‘pelindung’nya adalah sisa-sisa kayu dan bambu yang nyaris roboh setiap kali angin berhembus kencang.

Puluhan tahun ia melewati hari-harinya di tempat yang tidak layak untuk ditinggali oleh seorang manusia, apalagi seorang nenek yang seharusnya menikmati masa tuanya dengan tenang.

Menurut Sodikin, seorang tetangga, kondisi memilukan Nenek Ningsih ini seolah tidak terlihat oleh pihak berwenang.

“Rumahnya sudah ambruk sejak 10 tahun lalu. Sudah jelas-jelas tidak layak huni. Tapi, perhatian dari pemerintah desa maupun pihak lainnya nyaris tidak ada,” ujarnya dengan nada kesal, Senin (8/9/2025).

Ia melanjutkan dengan kritik pedas, baru setelah ramai di media sosial dan media online, pihak Desa Bencoy datang menengok sambil membawa sembako.

“Pertanyaannya, sebelum viral, mereka ada di mana? Kenapa harus menunggu aib diumbar di publik dulu baru bertindak?,” cetusnya.

Kisah Nenek Ningsih adalah bukti nyata bahwa masih ada saudara-saudara kita yang tertinggal dalam kesunyian dan penderitaan. Mereka tidak butuh janji atau retorika. Mereka butuh tindakan nyata.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *