Cianjur | Ramainya pemberitaan terkait 244 pekerja yang mengalami pemutusan hubungan kerja (PHK) dengan alasan dua perusahaan yang mengalami kebangkrutan, kini menjadi sorotan Serikat Pekerja Nasional (SPN) Cianjur.
Perusahaan yang mengalami kebangkrutan tersebut disampaikan Disnakertrans Cianjur yang mana perusahaan itu adalah PT Transplants Indonesia beralamat di Kampung Garung, RT01/RW03, Desa Cirumput, Kecamatan Cugenang yang mem-PHK sebanyak 26 karyawan dan PT Peternakan Ayam Manggis di wilayah Kecamatan Mande men-PHK sebanyak 218 karyawannya.
Atas terjadi hal itu, Ketua SPN Cianjur Hendra Malik membuka suara, alasan perusahaan-perusahaan itu merumahkan karyawannya merupakan akal-akalan para pengusaha agar tidak mengeluarkan uang pesangon. Hal itu diperkuat dengan adanya Undang-Undang Ciptakerja.
“Di PT Manggis karyawan tetap yang sudah puluhan tahun bekerja dengan usia pensiun hitungan pesangon sangat besar. Namun, dijadikan kesempatan oleh perusahaan melakukan pemutihan yaitu karyawan tetap dipangkas dan diganti menjadi karyawan kontrak,” kata Hendra, Sabtu 25/05/2024.
Bahkan bukan hanya itu saja, aktivis Cianjur itu juga menyoroti statemen Disnakertrans Cianjur yang menyatakan kedua perusahaan tersebut bangkrut tanpa bukti-bukti.
“Untuk penutupan alasan bangkrut atau pailit, tidak dibuktikan dengan putusan pengadilan. Oleh karena itu maka tidak bisa menyatakan sepihak, apakah proses normatifnya ditempuh atau tidak,” ujarnya.
Kekhawatiran Hendra, bisa saja itu hanya akal-akalan yang kembali terjadi setelah mendapat untung besar, kemudian perusahaan kabur dan meninggalkan hak-hak karyawannya.
“Jangan sampai terulang, ada perusahaan PT Icon Garmindo yang mana merupakan perusahaan PMA atau milik orang asing itu akhirnya pergi mengeruk keuntungan hingga miliaran dan hak-hak pekerjaanya sampai sekarang tidak diberikan,” tutupnya.
Terpisah, Kepala Bidang Hubungan Industrial dan Jamsostek Disnakertrans Cianjur, Yani Yuliawati saat ditemui wartawan, membenarkan bahwa dua perusahaan di Cianjur mengalami kebangkrutan. Sehingga terpaksa melakukan PHK para karyawannya.
“Baru dua perusahaan yang menyampaikan informasi jika mereka tutup operasional. Alasannya merugi terus, jadi tidak bisa beroperasi lagi,” kata Yani Yuliawati.