Korban Pernikahan Perempuan Jadi-jadian Dikunjungi Kang Dedi Mulyadi

Cianjur | Belum lama ini viral pemberitaan yang menghebohkan media cetak, elektronik dan medsos, pernikahan seorang laki-laki tulen yang menikahi perempuan jadi-jadian di wilayah Kecamatan Naringgul, Cianjur, Jawa Barat, mengundang keprihatinan Anggota DPR-RI Kang Dedi Mulyadi yang merupakan salah satu tokoh di Jawa Barat.

Diberitakan sebelumnya dari pernikahan itu, AK (26), pemuda asal Desa Wangunjaya, Kecamatan Naringgul, Cianjur selatan, Jawa Barat baru mengetahui istrinya seorang laki-laki tulen yang menyamar menjadi perempuan.

Kedatangan Kang Dedi Mulyadi bersama rombongan, Selasa 07/05/2024, disambut langsung Sekmat Naringgul, Kepala Desa Wangunjaya serta keluarga korban juga warga sekitar.

Dikatakan Kang Dedi Mulyadi, kedatangannya ke Naringgul lebih melihat aspek sosial ekonomi seorang pemuda bernama AK yang sangat baik, menurut informasi sejak kecil ia terdidik dalam teradisi beragama yang kental ingin memiliki istri yang berlatar belakang syar’i. Sehingga dipilihlah perempuan yang berkerudung di media sosial, namun nahas yang dikenalnya itu seorang laki-laki tulen yang menyamar dengan berkerudung dan menggunakan cadar.

“AK mengaku pernah bertemu dua kali, perempuannya berkunjung dan tidak mau menunda pacaran lama-lama makanya langsung di nikahin. Inikan satu niatan baik dari seorang laki laki, cuman niatan baik itu tidak disambut baik dari orang yang mengaku sebagai perempuan itu yang namanya Erik kemudian berubah nama menajdi adinda kanza,” kata Kang Dedi menerangkan kepada wartawan.

Dengan terjadi hal tersebut, akan sangat berpengaruh terhadap pisikologi anak tersebut. Maka dari itu bagaimana aspek pisikologinya bisa dikembalikan.

“Sangat disayangkan kenapa orang baik yang menjadi korban, kan kasian bisa shok, beda halnya kalau orang jahat mungkin dia akan tersenyum,” ungkapnya.

Masih dikatakan Kang Dedi, yang harus dipikirkan kedepan bagaimana tentang aspek ekonominya. Untuk hajatan di kampung biaya Rp 5 sampai 10 juta itu berat harus ngumpulin uang dulu.

“Yang jadi permasalahannya ngumpulin uang dari mana, bisa-bisa pinjem ke bank emok, bank keliling bahkan bisa juga gadein sawah itu juga kalau ada, itu yang harus selesaikan. Dari situlah saya datang kesini untuk menyelesaikan aspek fisiologis dan ekonominya harus di pulihkan,” ujarnya.

Kang Dedi juga menyampaikan, jika melihat kasus pernikahan ini, niat baik tidak selamanya akan berbuah baik, kalau kita tidak memiliki ketelitian dan ke hati-hatian, orang-orang baik itu hampir rata-rata tidak hati-hati, karena dalam hatinya memang sudah baik dan tidak tegaan.

“Aspek-aspek administratif ini sangatlah penting, sehingga negara menganjurkan pernikahan itu harus tercatat, kalau nikahnya dicatatkan mungkin ada pemeriksaan Ktp-el, kemudian kedua belah pihak secara admistratif akan di periksa alamatnya, siapa orangtuanya yang pada akhirnya tidak akan terjadi pernikahan seprti ini,” jelasnya.

Terakhir, Kang Dedi menambahkan,di Cianjur sama Sukabumi pernikahan dibawah tangan atau sirih itu sangat banyak, biasanya pernikahan dbawah tangan itu yang sudah punya istri di Jakarta kemudian dibawa ke daerah.

“Saya mengimbau kepada pemerintah desa, kecamatan, kabupaten tidak boleh lagi membiarkan adanya pernikahan dbawah tanggan. Siapapun itu tidak boleh, di undang-undangnya kan sudah diatur, nanti RT/RW itu harus segera mealporkan apabila ada pernikhan dibawah tanggan,”tambahnya.

Sumber : metromedianews.co

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *