Hajat Laut Me-58 di Pantai Jayanti: Ritual Adat dan Semangat Kebersamaan Nelayan

Hajat Laut ke-58 di Pantai Jayanti: Ritual Adat dan Semangat Kebersamaan Nelayan

Cianjur | Ratusan nelayan dan warga pesisir Pantai Jayanti, Desa Cidamar, Kecamatan Cidaun, Kabupaten Cianjur, memeriahkan Hajat Laut ke-58 pada Selasa (15/7/2025). Acara tahunan ini diisi dengan prosesi Larung Sesaji, sebuah ritual adat sebagai ungkapan terima kasih kepda Tuhan atas rezeki laut sekaligus penghormatan kepada leluhur.

\

Sesaji berupa hasil bumi, kepala kerbau, tumpeng, dan perlengkapan tradisional dihanyutkan ke tengah laut. Ritual ini dipercaya sebagai bentuk permohonan keselamatan, kelimpahan tangkapan, serta keseimbangan alam.

Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Cianjur, Ayi Reza Addairobi, hadir mewakili Bupati Cianjur. Dalam sambutannya, ia menegaskan komitmen pemerintah untuk mendukung kehidupan nelayan dan melestarikan tradisi pesisir.

 

“Hajat Laut bukan sekadar acara seremonial, tapi juga pengingat akan pentingnya kebersamaan dan pelestarian kearifan lokal. Pemerintah akan terus mendorong pemberdayaan nelayan, baik dari segi ekonomi maupun pengembangan wisata bahari,” ujarnya.

 

Beberapa poin penting yang disampaikan meliputi:

– Peningkatan kesejahteraan nelayan melalui inovasi pengolahan hasil laut

– Penguatan komunitas nelayan dalam menghadapi tantangan perubahan iklim

– Sinergi antara adat, pariwisata, dan pembangunan berkelanjutan

– Ajakan kepada generasi muda untuk bangga menjadi penerus tradisi bahari

Salah seorang nelayan senior, Herman, mengungkapkan kebahagiaannya atas terselenggaranya acara ini.

“Ini adalah wujud syukur kami. Laut memberi kami kehidupan, dan melalui ritual ini, kami berdoa agar rezeki tetap lancar dan nelayan selalu selamat,” katanya.

Ia juga menyebutkan bahwa tradisi ini menjadi momen mengenang rekan-rekan nelayan yang gugur di laut.

“Kami mendoakan mereka yang telah pergi, semoga tenang di sisi-Nya,” tambah Herman.

Hajat Laut ke-58 ini tidak hanya dihadiri nelayan setempat, tetapi juga menarik minat wisatawan dan pegiat budaya. Ritual Larung Sesaji dinilai sebagai simbol harmonisasi manusia dengan alam, sekaligus pesan untuk menjaga kelestarian laut.

“Kami berharap tradisi ini tetap hidup dan diwariskan ke anak cucu. Laut adalah masa depan kami,” ujar Siti, seorang nelayan yang turut serta dalam acara.

Acara ditutup dengan harapan agar tahun depan Hajat Laut kembali digelar dengan semangat yang sama: menjaga tradisi, memperkuat persaudaraan, dan menggapai kesejahteraan bersama.***

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *