Cianjur | Tak tahan menahan rasa sakit dan silau akibat penyakit yang dideritanya, Muhamad Fikri Rosadi (9) alias Sadi panggilan kecilnya, anak pasutri Yayan (48) dan Ida (45) warga Kampung Legok Kadu RT 04/05 Desa Peuteuycondong Kecamatan Cibeber, Kabupaten Cianjur, Jawa Barat, hanya bisa menangis dan tertelungkup di atas kasur lusuh.
Keberadaan Sadi seperti itu, lantaran dokter memvonis dirinya menderita penyakit kanker kulit.
Kendati penyakit langka yang di voniskan kepada dirinya, namun siapa sangka bocah 9 tahun itu memiliki semangat yang sangat tinggi untuk sembuh dengan harapan bisa kembali bersekolah layaknya teman – teman sebayanya.
Pernyataan seperti itu, diutarakan Ida ibu kandungnya. “Waktu pendaftaran sekolah tahun kemarin, Sadi ingin bersekolah dan sayapun mendaftarkannya, namun anak saya gak bisa sekolah karena gak kuat kalau kena sinar matahari,” kata Ida kepada wartawan, Kamis 14 Maret 2024.
Baca Juga :
Mengetahui seperti itu, lanjut Ida, ia hanya bisa menangis, karena kasihan kepada anak putranya itu.
“Saya hanya bisa menangis, tapi semangat anak saya untuk sembuh dan bersekolah itu sangat tinggi, namun apalah daya penyakitnya kian parah,” ungkapnya dengan mata berkaca-kaca.
Masih dikatakan Ida, putranya memang pernah dibawa ke Rumah Sakit di Cianjur untuk diperiksa dan hasilnya ternyata mengidap kanker kulit dan harus dibawa ke Rumah Sakit di Bandung.
“Dr di Rumah Sakit Cianjur mengatakan, Sadi kena Kanker Kulit dan diminta segera dibawa ke RSHS Bandung untuk pengobatan lebih lanjut. Namun karena keterbatasan biaya, karena kami keluarga tidak mampu rasanya sangat sulit untuk membiayai Sadi ke RSHS Bandung,” ucapnya.
Terakhir Ida menyampaikan, kondisi putranya kian memburuk, penglihatannya sudah tidak mampu melihat cahaya, walau hanya cahaya lampu. Selain itu juga semakin banyak benjolan hitam seperti karang di area wajah dan sekujur tubuhnya.
“Mata Sadi semakin memerah dan sekarang sudah gak bisa keluar rumah. Di rumahpun lampu harus dimatikan, saya sering nangis menyeka air yang selalu keluar dari mulut dan mata putra saya,” tutupnya sembari menyeka air matanya yang tak kuasa mengatakan yang sebenarnya.
Dengan kondisi perekonomian keluarga yang tidak mampu, dalam menyikapi hal tersebut peran serta pemerintah ataupun relawan kemanusiaan lainnya, sangatlah dibutuhkan demi kelangsungan pengobatan Sadi yang memiliki semangat untuk bersekolah.