PSI: Dari Poster Anak Muda ke Peron Transit Para Oponturir

PSI: Dari Poster Anak Muda ke Peron Transit Para Oponturir

Ada masa ketika PSI bersinar sebagai partai “anak muda”. Poster-poster kampanye mereka dipenuhi jargon idealisme, wajah-wajah milenial, dan kata-kata manis tentang integritas, transparansi, dan keberanian melawan korupsi. Bahkan, banyak yang mengira partai ini adalah harapan baru a fresh breeze dalam politik Indonesia yang terlalu lama dipenuhi wajah-wajah lama.

Tapi waktu bergerak, dan publik tidak buta. Masuknya Ahmad Ali mantan petinggi NasDem dan Bestari Barus sosok yang lekat dengan politik kompromi sekaligus oponturir politik, telah menguapkan sebagian besar klaim PSI sebagai partainya anak muda.

Lini depan mereka kini tampak seperti panggung transit para politisi kawakan yang sedang mencari “panggung baru”. Yang satu membawa reputasi, yang satu lagi membawa jejaring. Sayangnya, keduanya tidak membawa napas segar yang dijanjikan PSI di awal kemunculannya.

Apakah ini bentuk kedewasaan politik?

Atau justru tanda kehilangan arah?

Yang pasti, publik tidak mudah lagi ditipu oleh label “muda”. Karena muda bukan hanya umur dan tampang. Muda adalah keberanian untuk berbeda, untuk menolak transaksionalisme, dan untuk melawan dominasi oligarki dengan cara yang elegan dan berani. Sayangnya, ketika wajah-wajah lama duduk di kursi strategis, sulit berharap akan lahir keputusan-keputusan baru.

Mereka yang dulu bersuara lantang soal idealisme kini bungkam, atau bahkan berdiri di barisan yang dulu mereka kritik. PSI, yang pernah mencibir partai-partai besar karena terlalu elitis dan penuh kompromi, kini membuka pintu lebar-lebar untuk sosok yang mewakili semua itu. Klaim tentang politik bersih kini terdengar seperti tagline basi yang gagal dipertahankan.

Mungkin ini strategi. Atau mungkin sekadar pragmatisme tanpa malu-malu.

Yang jelas, ketika partai yang menjual “politik baru” justru mengundang tokoh-tokoh lama untuk duduk di kursi pengambil keputusan, maka itu bukan revolusi. Itu retret.

Politik Indonesia tidak pernah kekurangan anak muda. Yang kurang adalah keberanian untuk tetap jujur ketika pintu kekuasaan mulai terbuka. PSI mungkin masih muda dalam umur, tapi langkahnya kini semakin tua dalam pilihan-pilihan politik yang akan “terarahkan pada permainan” para oponturir.

Jika dulu mereka berlari dengan semangat, hari ini mereka melangkah dengan kalkulasi. Dan mungkin, itu artinya: musnah sudah klaim sebagai partai anak muda.

LuqmanJalu Co. Founder LSDI

(Lingkar Study Data dan Informasi).

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *